Jumat, 04 November 2011

Sebuah Cerita Tentang Rasa


Tak ada alasan untuk merana menceritakanya
Aku bahagia menceritakanya
Tak ada alasan untuk kacau mendengar namanya
Aku terpukau mendengar namanya
Dia membuatku bahagia
Dan aku memang layak bahagia
          Semua pasti pernah mengenalnya
          Semua pasti pernah disapa olehnya
          Dia bak halilintar yang sewaktu-waktu menyambar
          Yang datang tanpa permintaan
Dia tidak menyiksa
Dia tidak memaksa
Dia hadir dengan sendirinya
          Tanpanya terasa hambar
          Rindu akan sambaran halilintar
          Denganya dunia serasa bergetar
Dia tidak buta
Dia tidak datang dengan kata
Dia datang dengan sinar mata
          Dan aku menyebutnya dengan, Cinta J

# tulisan ini sebenarnya udah lama banget.ungkapan isi hati yang lagi tak menentu. Saat hati menggebu menolak kehadiran cinta. Bukan aku tak mau, tapi aku juga tak tahu kenapa bisa begitu. Kau sesungguhnya kuharapkan, hanya saja aku berpura-pura. Saat hati menggebu menolak kehadiran cinta. Bukan aku tak mau, tapi aku juga tak tahu kenapa bisa begitu. Kau sesungguhnya kuharapkan, hanya saja aku berpura-pura. Apa yang aku lakukan sesungguhnya tak beralasan. Tapi aku mencoba mencari alasan. Kau begitu baik tapi aku berusaha tuk menyia-nyiakanmu. Karena sesungguhnya aku takut, takut aku bukan benar-benar baik, untukmu. Dan setelah aku siap untuk mendekat padamu lagi. Kau sudah menemukan pengganti. Hmm..mungkin itu yang terbaik bagimu. Kau telah menemukan yang terbaik, setara denganmu. Tidak seperti aku, yang tak perrnah menanyakanmu, tak pernah mencari tahu tentangmu, tentang keadaanmu. Sesungguhnya, bukan aku tak mau. Tapi..biarlah hatiku saja yang tahu. Mungkin saat kau bisa membaca tulisan ini-pun. Kau tak akan pernah tahu bahwa tulisan ini tentangmu. Karena aku tak ingin engkau tahu, bahwa sesungguhnya aku juga rindu. Kesalahan terbesarku mungkin adalah selalu menyakiti perasaanmu secara sengaja, dengan menceritakan kesukaanku terhadap orang lain. Aku hanya bermaksud mengetahui kesungguhanmu. Namun, ternyata dari situ saja kau sudah gugur. Maaf, maaf telah menyakitimu. Maaf, maaf aku pernah mengharapkanmu.  Mungkin kau akan belajar banyak dariku. Belajar untuk lebih peka, peka akan apa maksudku :’)

2 komentar: